Senin, 17 Desember 2012

Sudah tepatkah Cara KIta Berinteraksi Dengan Buah Hati?


Kenalan YUK SAYANG!
Buatlah suasana seaman dan senyaman mungkin.
"Wah, anteng banget ya, kok mau digendong siapa aja," kata Hesti mengomentari anak tetangganya. Bayi yang berusia 6 bulan itu malah tertawa ketika diayun-ayun Hesti. "Kalau keponakan saya, jangankan digendong, baru lihat orangnya saja sudah ngeri kayak lihat hantu!" sambungnya heran. Ya, kalau mau dibanding-bandingkan, saat bertemu orang asing, ada bayi yang sumringah tapi ada juga yang kelihatan cemas. Bagaimana dengan bayi Anda?
Kalau dilihat dari sisi perkembangan, memang pada bulan-bulan pertama si kecil belum dapat membedakan dan menge-nali orang lain dengan baik sehingga siapa pun yang mendekati, menggendong bahkan mengajaknya bermain tidak menjadi persoalan. Justru permasalahan muncul seiring pertambahan usianya, ketika ia mulai bisa membedakan antara orang yang dikenal dan asing. Di sinilah proses kesadarannya terhadap lingkungan makin meningkat.

Bayi yang terbiasa diajak bersosialisasi dan berkomunikasi secara intensif, mungkin ketika bertemu orang baru akan tenang-tenang saja. Dia malah senang, gembira, tertawa dan bahkan tertarik pada orang baru. Nah sebaliknya, lantaran jarang diajak bertemu dengan banyak orang sehingga pengalaman ber-sosialisasinya tergolong minim wajar saja jika si bayi menarik diri atau takut. Apalagi kalau orang yang ditemuinya memang benar-benar asing. Jangankan hendak digendong, didekati saja dia langsung "menjaga jarak". Bisa saja secara spontan dia menyembunyikan wajah lalu menangis.
Selain takut dengan orang baru, ada juga bayi yang takut terhadap keramaian. Sama halnya dengan takut orang asing, keta-kutan ini kemungkinan disebabkan ia tidak biasa menghadapi situasi baru atau jarang diajak bersosialisasi mengenal lingkungan yang lebih luas.
Rasa cemas yang dialami si kecil sebenarnya masih dalam kategori wajar-wajar saja, kok. Toh, itu sebenarnya termasuk salah satu aspek perkembangan emosional bayi. Rasa takut, cemas dan "menjaga bahkan menarik diri" sebenarnya dapat ditanggulangi kalau saja orangtua berupaya mengasah kemampuan bersosialisasi si mungil sedini mungkin.
PUPUK RASA PERCAYA
Di usia-usia awal, bayi mengenal lingkungan melalui kepekaan indranya. Bahkan sebuah penelitian menunjukkan, bayi sebenarnya lebih menyukai mendengar suara manusia, dibanding suara-suara yang lain. Terutama orang-orang yang dikenalnya, apalagi suara ibunya yang sudah dia kenal sejak dalam kandungan. Lantaran itu, agar kepekaan indranya makin terasah, dianjurkan orangtua untuk sering-sering mengajak bayi berkomunikasi meskipun dia tak mengerti maksud atau isi pembicaraan. Saat berkomunikasi, tampilkan raut wajah yang menyenangkan, dengan senyum, tawa dan interaksi yang intensif entah itu pelukan, dekapan, ciuman dan sebagainya.
Selain faktor kepekaan indra, rasa percaya sang bayi pada lingkungan sekitar menjadi salah satu kunci agar dirinya tak cemas berhadapan dengan lingkungan atau orang asing. Bekal ini penting dibangun sejak dini agar si kecil tak mengalami kesulitan berinteraksi dan bersosialisasi di usia yang lebih besar.
Hal lain yang tak kalah penting adalah mengajak si kecil untuk bersosialisasi dengan sebayanya. Tak apa-apa kalau pada awalnya si kecil terkesan acuh tak acuh menanggapi orang asing yang menyapa atau mengajaknya bicara. Sebenarnya bawah sadar bayi merekam semua pem-bicaraan orang tersebut. Inti dari kegiatan mengenal lingkungan baru adalah melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain.
PENGARUH TEMPERAMEN
Agar bayi siap berinteraksi dengan lingkungan barunya, hal lain yang patut diperhatikan orangtua adalah faktor temperamen. Misalnya, bayi yang mudah, umumnya dapat berinteraksi dan beradaptasi lebih cepat. Sebaliknya, bayi yang tergolong pemalu atau lambat beradaptasi tentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa beradaptasi.
Kalaupun bayi Anda termasuk yang relatif pemalu atau pendiam, tak perlu khawatir. Memang, untuk menghadapi lingkungan baru lazimnya dia enggan langsung berhadapan dengan orang asing secara tiba-tiba. Boleh saja kita melakukan "negosiasi" dengan orang itu, dengan memberi tahu bahwa si kecil tak perlu langsung digendong. Sebaiknya lakukan proses pendekatan secara bertahap. Ajak si kecil menyapa "si orang asing". Jangan lupa untuk selalu melemparkan senyum, wajah gembira dan perilaku yang lembut. Biarkan orang itu berinteraksi lebih lanjut dengan si kecil dan seterusnya. Yang jelas, beri kesempatan pada si kecil untuk mengamati lingkungan baru dan orang asing yang baru dikenalnya.
Tahapan REAKSI SOSIAL
* 2 Bulan: Senyum Pertama
Ini sebagai respons terhadap senyum yang ditujukan padanya. Begitu juga ketika tertawa, suaranya memekik saking gembiranya. Ia pun akan menunjukkan reaksi tertentu terhadap berbagai suara, misalnya terkejut bahkan menangis. Upayakan untuk selalu mengajaknya berinteraksi dan berkomunikasi.
* 2-3 Bulan: Senang Bersama
Saat bayi diajak bicara, tatapannya secara intensif akan tertuju pada sosok yang mengajaknya berkomunikasi. Si kecil senang diperhatikan orang lain dan menunjukkan rasa gembiranya dengan cara tersenyum, lambaian tangan bahkan hentakan kaki secara spontan. Tunjukkan perhatian Anda lewat belaian, dekapan dan tatapan mata penuh kasih sayang.
* 4-5 Bulan: Minta Gendong
Bila mendengar suara yang menarik perhatiannya, dia segera mencari sumber suara itu. Ia tertawa keras dan menjerit gembira. Ia pun cenderung ingin digendong oleh siapa pun yang mendekatinya.
6-7 Bulan: Tersenyum pada bayi lain
Bayi akan tersenyum kepada bayi lain. Dia juga bereaksi begitu bayi lain itu menangis, misalnya.
* 8-9 Bulan: Berteman
Si kecil mencoba mengenal bayi lain yang ditemuinya. Ia mencoba menarik perhatian bayi atau anak lain dengan cara melambungkan badan ke atas atau ke bawah, menendang, tertawa dan sebagainya. Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan baginya. Tampak respons bertepuk tangan atau lambaian tangan sebagai tanda gembira. Libatkan secara bertahap dalam lingkungan yang lebih luas agar kemampuan sosialnya berkembang.
10-12 Bulan: Ekspresikan Perasaan
Si kecil melambaikan tangan sebagai reaksi dari ucapan selamat tinggal dari ibu/bapaknya yang berangkat kerja.
Hilman Hilmansyah. Foto: Iman/NAKITA
Konsultan ahli:

Rahmitha P. Soendjojo, Psi., dari Taman Bermain Inklusi Buah Hati, Bogor

National Early Childhood Specialist Team


Tidak ada komentar:

Posting Komentar