Kesibukan bekerja dan mencari penghasilan menjadi alasan utama hal ini. Dalam Islam peran utama dalam pendidikan anak masih senantiasa menjadi kewajiban para orangtua, tanpa kecuali. Orang tualah yang sesungguhnya berkewajiban mewarnai anak-anak mereka dengan warna dan nilai-nilai ajaran Islam yang mulia. Rasulullah SAW bersabda mengingatkan kita dalam hal ini : “ Tidaklah setiap bayi lahir kecuali atas dasar kefitrahan, kedua orangtuanya lah yang kemudian membuatnya menjadi Nasrani, Yahudi, atau Majusi”.(HR Bukhori Muslim). Perumpamaan hadits di atas bisa menjadi pengingat kita semua, bahwa tanggung jawab pendidikan anak kita masih sepenuhnya di tangan kita para orangtua.
Dalam mendidik anak, atau yang sering disebut dengan tarbiyatul aulad, perlu rasanya kita mempunyai panduan utama agar fokus dalam pelaksanaanya. Mari sedikit kita merenungi tiga ayat di bawah ini, yang semuanya memandu kita dalam mengaplikasikan pendidikan anak islami yang ideal di rumah-rumah kita.
Pertama : Penjagaan dan Pemeliharaan dari Kemaksiatan
Firman Allah SWT : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At-Tahrim 6)
Inilah visi pertama setiap orang tua dalam pendidikan anak. Yaitu bagaimana menjaga diri sendiri dan keluarga dari setiap kemaksiatan yang akan mengakibatkan murka Allah SWT. Para orang tua harus memberikan proteksi kepada anak dalam batas-batas tertentu. Mengetahui kemana dan dimana mereka bermain dan berkumpul bersama teman-teman, menyeleksi pergaulan anak dengan baik dan tidak berlebihan. Tentu saja proses ini tidak hanya memerlukan proteksi, tetapi juga penanaman akhlak sejak dini, agar mereka mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dalam kehidupan ini.
Kedua : Tidak Memanjakan Berlebihan
Allah SWT berfirman : Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. (QS Munafiqun 9)
Anak bisa menjadi ujian keimanan bagi kedua orangtuanya. Rasa sayang yang berlebihan senantiasa membawa kita pada pembolehan dalam banyak hal. Bahkan bisa jadi melewati batas dan ketentuan syariah. Setiap orang tua tentu berhak membahagiakan anaknya, apalagi dalam masa liburan ini. Namun tentu menjadi sangat disayangkan, jika membahagiakan anak secara berlebihan, memanjakan hingga membuat para orang tua lalai memenuhi kewajiban-kewajiban asasi dalam agama ini.
Ketiga : Mendidik dengan Target
Allah SWT berfirman : dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al Furqon 74)
Hampir setiap hari kita menyenandungkan doa di atas. Sebuah doa yang mengandung makna begitu dalam tentang pendidikan anak. Yaitu bagaimana kita berusaha menjadikan anak-anak kita bukan saja sebagai qurrota a’yun atau penyejuk mata dan penyenang hati, namun juga berusaha menjadikan mereka sebagai pemimpin orang yang bertakwa. Dalam doa diatas kita mentargetkan untuk menjadi pemimpin orang yang bertakwa. Karenanya pendidikan anak dalam Islam harus diisi dengan kurikulum hebat yang mengantarkannya pada target tersebut. Pendidikan anak dalam Islam hendaknya bersifat komprehensif dan integral, meliputi setiap aspek dalam kehidupan. Seperti : pendidikan aqidah, pendidikan ruhiyah, pendidikan jasadiyah, dan juga fikriyah dan akhlaq.
Akhirnya, semoga kita mampu memanfaatkan momentum liburan ini dengan mendidik anak-anak kita, agar lebih dekat dengan ajaran syariat Islam yang indah. Semoga Allah SWT memudahkan.
Sumber : Indonesiaoptimis
Posted by Ade Permana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar